Tantangan Sekolah Islam Yang Harus Diatasi Pendidik

Picture4

Saat ini sekolah-sekolah Islam sedang berada pada puncak trend, dimana orang tua berlomba-lomba menyekolahkan putra-putrinya ke sana. Kaum Muslimin sekarang kembali membangun kebanggaan terhadap lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren. Hal ini tentunya tak lepas dari kerja keras dari praktisi pendidikan, ustadz-ustadzah demikian mereka disebut di sekolahnya. Pendirian lembaga pendidikan Islam di era 1980 dan 1990-an tidak semulus sekarang. Banyak di antara ustadz/ustadzah yang datang dari rumah ke rumah untuk meyakinkan para orang tua muslim, bahwa sekolah yang akan mereka dirikan adalah sekolah yang serius dan bermutu tinggi. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para pendiri YPI Nurul Fatah, Ust. Setiyoko Waluyo, S.Pd.AUD & Sitti Asiah. Tentu saja, sebagai pendiri, mereka harus menjadikan anak-anak mereka sendiri sebagai “singa percobaan” (demikian istilah dari Dr. Adian Husaini). Dengan cara itu orang lain merasa ada jaminan. Uniknya, saat ini banyak perintis lembaga-lembaga pendidikan Islam “terpadu” berasal dari kalangan para professional muslim; seperti dokter, insinyur, pengusaha. Ini menunjukkan kesadaran terhadap kebangkitan Islam. Disinilah sebenarnya terbukti kemuliaan profesi ustadz/ustadzah (guru) di sekolah Islam sebenarnya telah diakui oleh masyarakat. Namun patut dicamkan bahwa tolok ukurnya bukan fisik (seperti gedung sekolah, gaji guru, fasilitas, dan semacamnya). Melainkan penghormatan. Oleh karena itu sangat keliru bila sekolah Islam tidak digarap dengan sepenuh hati atau hanya dijadikan pekerjaan sambilan saja. DUA TANTANGAN BESAR SEKOLAH ISLAM Menurut Adian Husaini, sekolah Islam akan menghadapi dua tantangan. Pertama, godaan materialisme; penyakit hubbud-dunya alias cinta dunia. Kedua, jebakan kurikulum sekuler.

A. Godaan Materialisme
Hubbud-Dunya yang diperingatkan Rasulullah SAW jauh-jauh hari dapat kita refleksikan dalam skala kecil pada lembaga-lembaga Islam. Berupa ambisi mempermegahkan bangunan, dengan bayaran mahal, tetapi ruh pendidikan Islamnya sudah hilang diuangkan. Dengan demikian sekolah Islam tidak lagi menjadi tempat untuk menanamkan aqidah dan akhlak yang mulia. Melainkan berlomba mengejar prestasi imitasi. Tidak jarang sekolah Islam berbangga diri karena telah merasa mampu “menyamai” prestasi sekolah lain. Prestasi dan fasilitas adalah dua hal yang biasanya memang meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah, semakin banyak yang berminat masuk ke sana, menciptakan godaan materi begitu menggiurkan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran ber-Islam di kalangan elite-elite muslim. Banyak sekolah memandang hal ini sebagai “kesempatan emas” untuk melipatgandakan aset. Akhirnya motivasi yang memutar roda sekolah adalah kompetisi materialistis, mengejar ilmu untuk kebanggaan gelar, bukan lagi karena semangat jihad dalam bidang keilmuan, atau memberikan kemanfaatan kepada ummat. Inilah yang akan merusak seluruh aspek pendidikan Islam.

B. Jebakan Sekulerisme
Tantangan kedua adalah “jebakan kurikulum sekuler” yang masih banyak lembaga pendidikan Islam yang belum benar-benar menata kurikulumnya berdasarkan konsep keilmuan Islam, sehingga praktis kurikulumnya bercampur aduk antara yang benar dan yang salah. Padahal sekolah Islam diharapkan menjadi penata akhlak generasi Muslim muda. Adian Husaini mencontohkan dalam Kurikulum sains, siswa belum diarahkan untuk mencetak manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa, tetapi hanya diarahkan semata-mata untuk memberikan kemampuan siswa menjawab soal-soal ujian atau paling jauh sekedar mengetahui. Tanpa dibangkitkan kesadaran untuk mengagumi kebesaran Allah (tauhid). Masih banyak siswa-siswa sekolah Islam yang belum mengenal ilmuwan-ilmuwan Muslim sejati, yang bukan hanya pakar di bidang sains, tetapi mereka juga ulama-ulama yang sangat hebat, seperti Abu rayhan al-Biruni, Fakhruddin al-Razi, Ibn Khaldun, Imam al-Ghazali, dan sebagainya. Mereka tidak mengenal sejarah sains, sampai-sampai menganggap peradaban Barat mewarisi sains dari Yunani, padahal sejatinya dari para ilmuwan muslim. Tim Wallace-Murphy mengingatkan “The West Debt to Islam” (Hutang Barat terhadap Islam) dalam bukunya yang berjudul “What Islam Did For Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization” (London: Watkins Publishing, 2006). Penulis buku ini berpendapat hutang Barat terhadap Islam adalah hal yang tak ternilai harganya. “Even the brief study of history revealed in these pages demonstrates that European culture owes an immense and immeasurable debt to the world of Islam,” ‒Tim Wallace-Murphy. Pentingnya kurikulum Islami mengenalkan pelbagai sejarah Islam, agar siswa sekolah Islam akan lebih percaya diri mengemban misi ideologi Islam dan tidak mudah minder terhadap kemajuan teknologi Barat atau malah antipati membabi-buta. Yakni manakala siswa kelak bersentuhan dengan budaya Barat dan tidak pernah mengenal sejarah Islam sebelumnya, maka dikhawatirkan dua sikap siswa berikut ini: yang aqidahnya lemah biasanya akan terseret-seret memuja peradaban Barat, sampai-sampai menganggap pandangan hidup dan nilai kebenaran Barat-lah yang menjadi penentu kemajuan mereka. yang aqidahnya kuat tak jarang juga kurang apresiatif kepada kemajuan teknologi sehingga menolaknya, menganggap semua hal tersebut tidak Islami. Contoh sekolah yang terjebak dalam kurikulum sekuler, dalam pelajaran sejarah masih banyak yang mengajarkan sejarah manusia secara sekuler dan meterialis, semata-mata hanya merujuk kepada bukti fosil-fosil manusia, tanpa memadukan tiga sumber ilmu: panca indera, akal, dan Al-Qur’an dan Hadits. Akhirnya siswa lahir dengan meyakini nenek moyang manusia adalah kera, tapi lucunya di saat yang sama kadang juga meyakini nenek moyangnya adalam Adam AS. Kebingungan ini dipecahkan dengan satu jawaban opportunis: “Jawabannya tergantung pada mata pelajaran apa, sejarah atau agama.” Jadi sama sekali tidak membekas dalam prinsip keimanannya. Masih banyaknya buku-buku pelajaran yang sekular di sekolah Islam yang hanya mengandalkan ilmu empiris dan rasional. Bahkan, banyak yang dijebak oleh cara berpikir bahwa agama bukanlah ilmu; sehingga pelajaran sains, sejarah, sosiologi, ekonomi, politik, dan sebagainya, dijauhkan dari sumber-sumber Islam (Al-Qur’an dan Hadits), disekulerkan! Alhamdulillah di Yayasan Pendidikan Islam Nurul fatah Bontang, kita masih bisa menanamkan kesadaran bahwa semua ustadz adalah guru agama, dalam artian mendasarkan semua pelajarannya dengan sumber Islam. Bukan sekedar dengan menempelkan ayat, tapi menanamkan ruh kebangkitan Islam di setiap tatap mukanya. Semoga ini terus menjalar ke semua sekolah Islam lainnya!

Dirjen PAUD & Direktur YPI-NF

Dirjen PAUD & Setiyoko Waluyo, S.Pd.AUD

Pentas Seni Akhir Tahun 2013

Yayasan Pendidikan Nurul Fatah mengadakan acara Pentas Seni & Bazaar pada tanggal 17-19 Desember 2013. Terima kasih atas partisipasi para wali murid dan masyarakat sekitar Loktuan yang sudah turut memeriahkan acara.
Semoga acara seperti ini menjadi agenda rutin YNF.

Kegiatan Out School

DSC04563

DSC04413

DSC04210

Kegiatan Out School

Tentang Nurul Fatah

logo YNF

Yayasan Pendidikan Islam Nurul fatah adalah sebuah lembaga Pendidikan Formal dan Non Formal yang resmi didirikan pada tanggal 18 September 2001 dengan akte notaris Nur Samsir, SH No. 39 tanggal 18 September 2001. Pendirian Yayasan tersebut merupakan kebutuhan mutlak karena pada saat itu telah berdiri sebuah TPA dan akan didirikan lembaga pendidikan pra sekolah (tk) dan hal ini membutuhkan sebuah yayasan untuk menaunginya. Pendirian TK merupakan pengembangan dari lembaga pendidikan non formal yang terlebih dahulu ada, yaitu Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul fatah.

Dengan perkembangan zaman yang semakin maju, maka perlu dipersiapkan generasi islam yang mampu menyesuaikan diri di belahan dunia manapun dan dalam budaya apapun tanpa meninggalkan prinsip aqidah islamiyah. Hal inilah yang menjadi motivasi bagi Bpk. Ustadz Setiyoko Waluyo, S.Pd.AUD. untuk mendirikan sekolah yang berkualitas dan dapat dinikmati oleh semua kalangan. Yayasan Nurul fatah hadir dengan program “Sekolah Murah, Tapi Bukan Murahan” Mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang berkualitas dan dapat dinikmati kaum Dhuafa.

Seiring bertambahnya waktu, lembaga pendidikan formal semakin berkembang dan menangkap kebutuhan masyarakat Kota Bontang akan lembaga Pendidikan Islam Terpadu maka pada tahun 2009, Yayasan Pendidikan Nurul fatah kembali mendirikan SD Islam terpadu.

Segenap Pengurus dan staf / guru di yayasan Pendidikan Nurul Fatah berpegang pada keyakinan bahwa anak adalah amanah Allah yang harus dijaga, dididik, dan dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya, maka Yayasan Pendidikan Nurul fatah lahir untuk Membangun manusia yang berakhlaqul karimah, berlogika cerdas, berkemampuan Ilmu Pengetahuan Teknologi ( IPTEK ) berlandasakan Iman dan Taqwa ( IMTAQ ) kepada Allah SWT.

Sekolah UNIK’S Nurul Fatah

Sekolah unggul tapi mahal itu biasa, sekolah unggul tapi murah itu yang luar biasa.

Sekolah unggul untuk orang berada itu ada dimana-mana, tapi sekolah unggul buat semua golongan hanya ada di Nurul Fatah.

Unggul, Natural, Islami, Kreatif, Sholeh/Sholeha

guru